Apa artinya cerdas memahami diri sendiri ?
Untuk memahaminya, pertama-tama jawablah beberapa pertanyaan berikut:
• Apakah kamu lebih suka bekerja sendiri dibanding bekerja kelompok ?
• Apakah kamu suka menetapkan serta meraih sasaran-sasaran pribadimu ?
• Apakah kamu menjunjung tinggi hal-hal yang kamu percayai (yakini), meskipun tidak populer ?
• Apakah kamu tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang ?
• Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaanmu dan mengapa demikian ?
• Apakah kamu suka meluangkan waktu merenungkan hal-hal yang kamu anggap penting ?
• Apakah kamu menyadari di bidang apa kamu memiliki kelebihan dan kekurangan ?
• Apakah kamu senang membuat catatan harian atau menulis jurnal ?
• Apakah kamu suka menuliskan ide-idemu, kenangan, perasaan, atau sejarah pribadimu ?
• Apakah kamu sadar akan siapa kamu ?
• Apakah kamu memikirkan tentang masa depanmu dan ingin menjadi apa kamu suatu hari nanti ?
Kalau kamu cerdas memahami diri sendiri, kamu mengenal dirimu sendiri.
Kamu tahu benar siapa kamu dan apa yang mampu kamu lakukan. Kamu sadar
akan perasaan-perasaanmu, dan kamu memahami dirimu lebih dari siapapun.
Kamu dapat menetapkan sasaran-sasaran pribadimu, merenungkannya, dan
belajar dari pengalamanmu di masa lalu. Kamu memahami kekuatan-kekuatan
serta kelemahanmu, dan dapat memahami serta menerima berbagai perasaan
yang muncul dalam dirimu setiap harinya.
Orang yang cerdas memahami diri sendiri, mengenal baik dirinya. Mereka
lebih dapat membuat pilihan-pilihan yang cerdas dalam kehidupan mereka.
Mereka mungkin tidak akan terlalu terpengaruh oleh tekanan sesama,
karena mereka tidak terlalu peduli apa kata orang tentang mereka dan
tidak mau melakukan hal-hal yang menghalangi mereka dalam meraih
sasaran-sasaran mereka.
Bisa dikatakan, Kecerdasan Memahami Diri Sendiri adalah persoalan
pengenalan diri. Percaya atau tidak…, mengenal diri sendiri itu lebih
penting dari kecerdasan apapun. Kenyataannya memang demikian, cerdas
memahami diri sendiri adalah kunci. Kalau kamu mengenal siapa dirimu dan
masa depan seperti apa yang kamu inginkan, kamu akan lebih dapat
melaksanakan hal-hal yang telah kamu tetapkan. Satu lagi, kalau kamu
cerdas memahami diri sendiri, kamu akan lebih mudah membangun
intelijensi-intelijensimu yang lain.
Apakah manfaat Kecerdasan Memahami Diri Sendiri untukmu ?
• Kamu bisa menggunakannya untuk belajar dari kesalahan atau dari
suksesmu di masa lalu, sehingga kamu bisa memanfaatkan intelijensimu
yang lainnya dengan sebaik-baiknya.
• Kamu bisa menetapkan sasaran-sasaran masa depanmu.
• Kamu bisa memahami perasaan-perasaanmu dan mengekspresikannya dengan cara-cara yang sehat.
Memahami orang lain tidaklah mudah, tetapi ternyata memahami diri
sendiri ternyata jauh lebih sulit lagi. Secara fisik saja, umpama tidak
ada cermin atau semisal itu, maka manusia gagal memahami wajah dirinya
sendiri. Untung Tuhan menciptakan cermin, sehingga manusia dengan sarana
kaca itu, secara fisik bisa melihat dirinya sendiri. Apakah wajah
dirinya tampan, cantik atau sebaliknya bisa dilihat melalui alat itu.
Untuk mengetahui aspek non fisik, misalnya tingkat kecerdasan seseorang,
maka para ahli telah berusaha membuat alat ukurnya. Sekalipun tidak
persis, alat ukur itu telah digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan untuk mengukur keluasan pengetahuan seseorang, telah
dikembangkan berbagai macam test, berupa soal-soal atau
pertanyaan-pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh mereka yang
sedang ditest. Atas dasar jawaban-jawaban itu, maka ditentukan tingkat
keluasan pengetahuannya.
Selain itu juga telah dirumuskan alat untuk mengukur sikap, bakat, dan
perilaku. Sekalipun tidak selalu didapat kesimpulan secara persis, namun
hasilnya bisa digunakan untuk memahami, pada tingkat tertentu, diri
atau pribadi seseorang. Bidang ini biasanya ditekuni oleh orang-orang
psikologi. Berdasarkan pengetahuan yang dikuasai, mereka melakukan
pekerjaan professional di bidang itu.
Apa yang dilakukan, baik oleh guru tatkala membuat soal ujian ataupun
juga para ahli psikologi dalam membuat instrument-instrumen pengukuran,
hanyalah digunakan untuk mengetahui kemampuan, jiwa atau perilaku orang
lain. Istrumen yang dihasilkan itu bukan untuk mengetahui dirinya
sendiri. Siapapun, tidak akan mampu memahami dirinya sendiri. Oleh
karena itu jika ingin mengetahuinya, maka selalu memerlukan bantuan
orang lain.
Manusia melalui kegiatan riset yang ditopang oleh alat-alat laboratorium
yang modern telah berhasil mengungkap rahasia alam. Apa yang dahulu
tidak pernah terbayangkan, ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka rahasia alam berhasil dapat diketahui oleh manusia.
Namun demikian, ternyata pengetahuan tentang manusia, apalagi tentang
dirinya sendiri, tidak secepat diperoleh sebagaimana ketika memahami
alam.
Kegagalan manusia dalam memahami dirinya sendiri selalu menjadi sumber
kegagalan dalam mengembangkan aspek kehidupan yang lebih luas. Seorang
yang merasa hebat, cakap, dikenal luas, artinya tidak tahu akan posisi
dirinya yang sebenarnya, akhirnya mengalami kesalahan dalam mengambil
keputusan. Orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Bahkan
dalam kitab suci al Qur’an dikatakan bahwa langit itu berlapis tujuh.
Artinya, harus selalu menyadari bahwa masih ada orang lain yang lebih
hebat di atas dirinya.
Sebatas untuk mengetahui tentang diri sendiri, ternyata memang tidak
mudah bagi siapapun. Untuk mengetahui diri seseorang selalu memerlukan
bantuan orang lain. Namun orang lain pun tidak mudah memberitahukannya.
Seringkali orang menjadi tersinggung, atau bahkan menjadi sakit hati,
dan marah jika ditunjukkan atas kesalahan dan kekurangannya. Manusia
pada umumnya, lebih suka ditunjukkan kebaikan dan kelebihan tentang
dirinya, dan sebaliknya, tidak menyukai jika orang lain menyebut
kekurangan dan kelemahannya.
Karena keterbatasannya itu, manusia selalu memiliki sifat salah dan
lupa. Mereka mengejar-ngejar kemajuan, ternyata justru kemunduran yang
didapat. Banyak orang mengejar kekayaan dan juga kekuasaan, namun harta
dan kekayaannya yang didapat itu justru mencelakan dirinya. Seseorang
dianggap teman, ternyata justru berperan sebagai musuh. Hal-hal semacam
itu selalu terjadi dalam kehidupan, karena manusia seringkali tampak
dalam wajah yang tidak sebenarnya.
Akibatnya banyak orang keliru, tatkala melihat kehidupan orang lain dan
bahkan juga suatu bangsa. Kemajuan orang lain dan juga suatu bangsa
hanya dilihat dan diukur melalui ukuran-ukuran yang sederhana, misalnya
dari jumlah kekayaan yang didapat, kekuatan militer, dan teknologinya.
Padahal belum tentu kekuatan itu memberikan manfataan, tidak terkecuali
bagi dirinya sendiri.
*> Diambil Dari Berbagai Sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar