Selasa, 10 April 2012

“ Memahami Diri Sendiri “

Apa artinya cerdas memahami diri sendiri ?
Untuk memahaminya, pertama-tama jawablah beberapa pertanyaan berikut:
• Apakah kamu lebih suka bekerja sendiri dibanding bekerja kelompok ?
• Apakah kamu suka menetapkan serta meraih sasaran-sasaran pribadimu ?
• Apakah kamu menjunjung tinggi hal-hal yang kamu percayai (yakini), meskipun tidak populer ?
• Apakah kamu tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang ?
• Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaanmu dan mengapa demikian ?
• Apakah kamu suka meluangkan waktu merenungkan hal-hal yang kamu anggap penting ?
• Apakah kamu menyadari di bidang apa kamu memiliki kelebihan dan kekurangan ?
• Apakah kamu senang membuat catatan harian atau menulis jurnal ?
• Apakah kamu suka menuliskan ide-idemu, kenangan, perasaan, atau sejarah pribadimu ?
• Apakah kamu sadar akan siapa kamu ?
• Apakah kamu memikirkan tentang masa depanmu dan ingin menjadi apa kamu suatu hari nanti ?

Kalau kamu cerdas memahami diri sendiri, kamu mengenal dirimu sendiri. Kamu tahu benar siapa kamu dan apa yang mampu kamu lakukan. Kamu sadar akan perasaan-perasaanmu, dan kamu memahami dirimu lebih dari siapapun. Kamu dapat menetapkan sasaran-sasaran pribadimu, merenungkannya, dan belajar dari pengalamanmu di masa lalu. Kamu memahami kekuatan-kekuatan serta kelemahanmu, dan dapat memahami serta menerima berbagai perasaan yang muncul dalam dirimu setiap harinya.

Orang yang cerdas memahami diri sendiri, mengenal baik dirinya. Mereka lebih dapat membuat pilihan-pilihan yang cerdas dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan terlalu terpengaruh oleh tekanan sesama, karena mereka tidak terlalu peduli apa kata orang tentang mereka dan tidak mau melakukan hal-hal yang menghalangi mereka dalam meraih sasaran-sasaran mereka.
Bisa dikatakan, Kecerdasan Memahami Diri Sendiri adalah persoalan pengenalan diri. Percaya atau tidak…, mengenal diri sendiri itu lebih penting dari kecerdasan apapun. Kenyataannya memang demikian, cerdas memahami diri sendiri adalah kunci. Kalau kamu mengenal siapa dirimu dan masa depan seperti apa yang kamu inginkan, kamu akan lebih dapat melaksanakan hal-hal yang telah kamu tetapkan. Satu lagi, kalau kamu cerdas memahami diri sendiri, kamu akan lebih mudah membangun intelijensi-intelijensimu yang lain.
Apakah manfaat Kecerdasan Memahami Diri Sendiri untukmu ?
• Kamu bisa menggunakannya untuk belajar dari kesalahan atau dari suksesmu di masa lalu, sehingga kamu bisa memanfaatkan intelijensimu yang lainnya dengan sebaik-baiknya.
• Kamu bisa menetapkan sasaran-sasaran masa depanmu.
• Kamu bisa memahami perasaan-perasaanmu dan mengekspresikannya dengan cara-cara yang sehat.

Memahami orang lain tidaklah mudah, tetapi ternyata memahami diri sendiri ternyata jauh lebih sulit lagi. Secara fisik saja, umpama tidak ada cermin atau semisal itu, maka manusia gagal memahami wajah dirinya sendiri. Untung Tuhan menciptakan cermin, sehingga manusia dengan sarana kaca itu, secara fisik bisa melihat dirinya sendiri. Apakah wajah dirinya tampan, cantik atau sebaliknya bisa dilihat melalui alat itu.

Untuk mengetahui aspek non fisik, misalnya tingkat kecerdasan seseorang, maka para ahli telah berusaha membuat alat ukurnya. Sekalipun tidak persis, alat ukur itu telah digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan untuk mengukur keluasan pengetahuan seseorang, telah dikembangkan berbagai macam test, berupa soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh mereka yang sedang ditest. Atas dasar jawaban-jawaban itu, maka ditentukan tingkat keluasan pengetahuannya.
Selain itu juga telah dirumuskan alat untuk mengukur sikap, bakat, dan perilaku. Sekalipun tidak selalu didapat kesimpulan secara persis, namun hasilnya bisa digunakan untuk memahami, pada tingkat tertentu, diri atau pribadi seseorang. Bidang ini biasanya ditekuni oleh orang-orang psikologi. Berdasarkan pengetahuan yang dikuasai, mereka melakukan pekerjaan professional di bidang itu.

Apa yang dilakukan, baik oleh guru tatkala membuat soal ujian ataupun juga para ahli psikologi dalam membuat instrument-instrumen pengukuran, hanyalah digunakan untuk mengetahui kemampuan, jiwa atau perilaku orang lain. Istrumen yang dihasilkan itu bukan untuk mengetahui dirinya sendiri. Siapapun, tidak akan mampu memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu jika ingin mengetahuinya, maka selalu memerlukan bantuan orang lain.

Manusia melalui kegiatan riset yang ditopang oleh alat-alat laboratorium yang modern telah berhasil mengungkap rahasia alam. Apa yang dahulu tidak pernah terbayangkan, ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka rahasia alam berhasil dapat diketahui oleh manusia. Namun demikian, ternyata pengetahuan tentang manusia, apalagi tentang dirinya sendiri, tidak secepat diperoleh sebagaimana ketika memahami alam.
Kegagalan manusia dalam memahami dirinya sendiri selalu menjadi sumber kegagalan dalam mengembangkan aspek kehidupan yang lebih luas. Seorang yang merasa hebat, cakap, dikenal luas, artinya tidak tahu akan posisi dirinya yang sebenarnya, akhirnya mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan. Orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Bahkan dalam kitab suci al Qur’an dikatakan bahwa langit itu berlapis tujuh. Artinya, harus selalu menyadari bahwa masih ada orang lain yang lebih hebat di atas dirinya.
Sebatas untuk mengetahui tentang diri sendiri, ternyata memang tidak mudah bagi siapapun. Untuk mengetahui diri seseorang selalu memerlukan bantuan orang lain. Namun orang lain pun tidak mudah memberitahukannya. Seringkali orang menjadi tersinggung, atau bahkan menjadi sakit hati, dan marah jika ditunjukkan atas kesalahan dan kekurangannya. Manusia pada umumnya, lebih suka ditunjukkan kebaikan dan kelebihan tentang dirinya, dan sebaliknya, tidak menyukai jika orang lain menyebut kekurangan dan kelemahannya.
Karena keterbatasannya itu, manusia selalu memiliki sifat salah dan lupa. Mereka mengejar-ngejar kemajuan, ternyata justru kemunduran yang didapat. Banyak orang mengejar kekayaan dan juga kekuasaan, namun harta dan kekayaannya yang didapat itu justru mencelakan dirinya. Seseorang dianggap teman, ternyata justru berperan sebagai musuh. Hal-hal semacam itu selalu terjadi dalam kehidupan, karena manusia seringkali tampak dalam wajah yang tidak sebenarnya.
Akibatnya banyak orang keliru, tatkala melihat kehidupan orang lain dan bahkan juga suatu bangsa. Kemajuan orang lain dan juga suatu bangsa hanya dilihat dan diukur melalui ukuran-ukuran yang sederhana, misalnya dari jumlah kekayaan yang didapat, kekuatan militer, dan teknologinya. Padahal belum tentu kekuatan itu memberikan manfataan, tidak terkecuali bagi dirinya sendiri.

*> Diambil Dari Berbagai Sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar